Friday, May 20, 2011

Indie Book Corner: Penerbit yang Gak Tebang Pilih

Baru saja saya melihat recent feed di home page facebook saya (www.facebook.com/happyindah) dan status seorang teman sangat menarik perhatian saya. memang saya sangat hobi menulis dan bermimpi bisa menerbitkan buku saya, dibaca banyak orang dan menjadi setenar Ayu Utami atau

teman saya menyarankan dua site yang bisa membantu para penulis untuk menerbitkan bukunya, tidak secara hard copy tetapi dalam bentuk e-book. dua site itu adalah:
http://indiebook.wordpress.com/feed/
dan
http://www.nulisbuku.com

setelah mengunjungi dua site itu, saya lebih tertarik dengan site yang kedua karena tidak dikenakan biaya apapun. meskipun dalam bentuk e-book tetapi kita sebagai penulis akan tetap mendapatkan hak royalti kita.
so, you there.. the young writers! if you're interesting to make a book, you can just go to that site above and sign up! hopefully you find the way to make many people read your works og literature! keep on writing! 

Tuesday, May 17, 2011

Kembali ke Masa Lampau




Ayo ke Onrust!
16 April 2011


            Bersama komunitas Nol Derajat Indonesia, saya melakukan sebuah back to the past trip ke tiga pulau tak berpenghuni di kawasan kepulauan seribu, yaitu Pulau Kelor, Pulau Cipir dan Pulau Onrust.
Bertitik tolak dari Musium Jakarta, kami langsung menuju ke dermaga nelayan di Muara Angke dengan menyewa sebuah bis. Setibanya di Pelabuhan, kami melanjutkan perjalanan dengan kapal motor milik nelayan setempat yang bisa disewa.



Pulau kelor menjadi tujuan pertama kami. Sepertinya, pepatah “dunia tak selebar daun kelor” mampu mengintepretasikan luas pulau ini. Pulau kecil berpasir putih ini seperti menyembul dari permukaan laut. Di atasnya masih berdiri sebuah peninggalan bangsa Belanda berupa galangan kapal dan benteng Martello yang dibangun oleh VOC pada abad ke-17 untuk menghadapi serangan kapal perang bangsa Portugis. Meskipun benteng tersebut terlihat masih kokoh, namun usia empat abad telah membuatnya semakin rapuh, terlihat dari batu bata yang mulai runtuh dan pecah serta beberapa sudut sudah retak. Di pulau ini juga terdapat kuburan awak kapal pribumi yang memberontak dan akhirnya gugur di tangan Belanda. Ada pula cerita mistis yang beredar mengenai Pulau Kelor. Pulau kosong ini ternyata dihuni oleh belasan kucing di sekitar benteng Martello. Sayangnya, keindahan Pulau Kelor yang sempat mampir ke telinga saya tidak bisa saya temukan selain hanya sampah-sampah plastik di sepanjang bibir pantai. 








Selanjutnya kami bertandang ke Pulau Cipir atau juga disebut sebagai Pulau Kahyangan. Pulau Cipir letaknya berhadapan dengan Pulau Onrust. Pulau ini pernah digunakan oleh pemerintah Belanda sebagai tempat karantina haji pada tahun 1911-1933. Kini yang tampak hanya tinggal puing-puing bangunan yang dulu adalah barak haji, rumah sakit, dan tempat penampungan jemaah haji yang terkena penyakit menular. Tak jauh dari dermaga, terdapat tugu tiga batu besar dan beberapa meriam kuno buatan Belgia yang usianya sudah mencapai tiga abad dan dulunya berfungsi sebagai senjata pertahanan Pulau Cipir. Di ujung pulau yang berhadapan dengan Pulau Onrust terdapat barisan fondasi jembatan penghubung yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1911. Saat air laut surut akan nampak barisan batu bata merah yang tersusun menuju ke arah Pulau Onrust. Sayangnya lagi, situs bersejarah ini tidak mendapat perhatian yang baik dari pemerintah Indonesia. Banyak terjadi vandalisme terhadap puing-puing bangunan yang tersisa dan sampah rumah tangga

Destinasi terakhir kami adalah Pulau Onrust. Dalam bahasa Belanda, Onrust artinya “tidak beristirahat” atau “tidak tenang” atau dalam bahasa Inggris “Unrest”. Pada zaman Belanda, Pulau Onrust merupakan pelabuhan utama VOC untuk kapal-kapal yang akan masuk ke Batavia. Pulau ini juga menjadi markas tentara Belanda dalam melakukan bongkar muat logistik perang.
Setelah masa kemerdekaan, Pulau Onrust dijadikan rumah sakit karantina bagi penderita penyakit menular, penampungan para tunawisma dan pelatihan militer. Dalam sejarahnya, tahun 1968 Pulau Onrust dijarah habis-habisan sehingga bangunan-bangunan bersejarah itu tidak ada lagi dan hanya menyisakan puing-puing dan pondasi bangunan saja.
Di salah satu ujung pulau terdapat kompleks pemakaman Belanda dan pemakaman pribumi yang letaknya terpisah. Beberapa makam Belanda masih dapat diidentifikasi dari prasasti yang tertulis pada batu nisannya, sedangkan makam-makam pribumi tidak satu pun memiliki nisan untuk diidentifikasi. Selain itu juga terdapat makam yang dikeramatkan, yaitu makam seorang petinggi DI/TII yang dihukum mati di pulau ini. Menurut cerita yang beredar, konon seorang gadis muda Belanda bernama Maria masih sering menampakkan diri di Pulau Onrust saat malam hari. Kebersihan di Pulau Onrust masih jauh lebih baik daripada dua pulau sebelumnya. Sampah yang berserakan di bibir pantai sangat terminimalisir, terdapat toilet umum yang keadaannya bisa disebut layak pakai, terdapat pula juru kunci dan penjaga pulau yang menghuni pulau tersebut.