Friday, June 10, 2011

Language

Kindertaal: antara kreativitas dan imajinasi

Pada awal bekerja di sekolah internasional Belanda di kawasan Cilandak Timur, rasanya sulit untuk bisa berkomunikasi dengan anak murid. Sampai-sampai saya berpikir, "jangan-jangan memang saya yang bodoh? Masa kuliah bahasa Belanda 4 tahun tidak ada hasilnya?"
Ternyata setelah saya mencoba memahami anak-anak murid saya yang usianya sekitar 2 - 4 tahun, bukan pendengaran saya yang salah dan bukan kemahiran bahasa Belanda saya yang tidak kompeten. Anak-anak didik saya memang gemar menggunakan bahasa mereka sendiri (kindertaal) yang terkadang hanya dipahami oleh anak-anak itu sendiri.

Anak-anak usia dua tahun biasanya cenderung mulai memahami penggunaan bahasa mereka. mereka belum bisa mengucapkan satu kalimat penuh dengan konstruksi yang baik (sekitar 3-4 kata per kalimat). Mereka bicara dengan penggalan kata, misalnya:
mimik (untuk: aku mau minum), Bah! (untuk: jorok/kotor), Foeih! [baca: fuwi] untuk: tidak baik, tjoe-tjoe trein [baca: cu-cu trein] (untuk: kereta api), bum! (untuk: menabrak atau jatuh), auw! (untuk sakit atau aduh atau seseorang telah melakukan kontak fisik dengannya). Kata-kata yang bunyinya atau asalnya sama dengan bunyi aslinya disebut onomatopee.

Ada lagi seorang murid berusia empat tahun yang bahasanya juga sulit saya pahami karena ia cenderung menggunakan akronim untuk beberapa kata, seperti: makie, untuk makkelijk (mudah)
Ada juga yang menciptakan perbendaharaan kata baru, seperti:
- op er de pop /operdepop/: benar-benar habis
- stinkie stankie: bau tidak sedap
- yekie yakie: untuk hal yang menjijikkan
- uit de fluit: untuk makna "selesai" setelah membacakan buku
- puppe druppe: seonggok 'pup'
perbendaharaan kata baru tersebut dibuat seperti menyerupai rima. Memang anak-anak yang usianya lebih tua (3-4 tahun) senang bereksplorasi dengan bahasa hingga menciptakan perbendaharaan katanya sendiri yang bunyinya memiliki rima.

Berarti, bahasa anak-anak mungkin memang terbentuk karena imajinasi atau kreativitas yang muncul dari pengalaman empiris yang mereka lihat, dengar dan rasa.